#

INFO BENCANA TERKINI

Info Gunungapi Bromo Meletus, Kab. Probolinggo-Prop. Jatim , 26-Desember-10 17:30:00 WIB, Warga lereng Bromo dari 12 Desa sekitar yang bermukim di sekitar Gunung Bromo terpapar debu vulkanik pekat, 106 rumah roboh, 2 sekolah roboh, Pertanian rusak, suplai air bersih terhambatAnda Peduli Bencana, Salurkan Bantuan dan Dana kirim ke Rek.BCA - 0813004392 Mari Peduli dan Dukung Kami - Terima kasih

Gunungapi Merapi Meletus


View Letusan Merapi in a larger map

Tahap Penanggulangan Bencana

;

20 Mei 2009

Natural Early Warning Gunungapi Slamet

Menjelang letusan Gunungapi Slamet. Dengan status Siaga (Level III) gunungapi yang terletak di wilayah empat kabupaten di Jawa Tengah itu mulai menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Terdengar dentuman dan suara gemuruh dari puncak gunung yang semakin meningkat. Nampak tanah retak-retak dibagian lereng gunungapi Slamet. Bahkan dalam lima hari terakhir terlihat babi hutan turun dari habitatnya di lereng gunung ke ladang-ladang penduduk.Turunnya hewan dari atas tersebut merupakan peringatan dini dari alam (natural early warning), biasanya akan diikuti oleh monyet, ayam hutan dan yang terakhir ular berbisa ketika mendekati waktu letusan.
Warga Binangun Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, Amin Haryanto (37), mengaku hewan yang mulai terlihat turun ke ladang-ladang penduduk di kaki Gunung Slamet, adalah babi hutan. ''Hewan ini sebelumnya tidak pernah sampai turun gunung merusak ladang-ladang penduduk. Namun sekarang ini, cukup banyak babi hutan terlihat penduduk sedang berkeliaran. Kemungkinan hewan ini turun gunung akibat aktifitas Gunung Slamet yang makin meningkat,'' katanya, Ahad (17/5).
Perkiraan penduduk bahwa hewan-hewan tersebut ketakutan akibat aktifitas Gunung Slamet, didasarkan suara gemuruh yang terdengar dari puncak gunung. Tarno (27), warga lainnya, mengaku sejak lima hari terakhir ini, suara gemuruh dari puncak Slamet ini memang terdengar lebih sering dan keras. ''Kalau malam hari dan cuaca sedang cerah, suara gemuruh dari puncak gunung tersebut sering disertai dengan lontaran api yang terlihat jelas dari desa kami,'' ujarnya.
Terkait dengan aktivitas tersebut, warga Binangun kini menggiatkan ronda. Bukan hanya ronda malam hari di wilayah pemukiman mereka, tapi juga menggilir kegiatan ronda di ladang-ladang pertanian mereka pada siang hari. Ronda malam dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan bencana yang timbul dari Gunung Slamet, sedangkan ronda di ladang untuk mengusir babi hutan yang bisa menghabiskan tanaman pertanian mereka.
Peningkatan aktifitas Gunung Slamet, juga diakui Kades Serang Kecamatan Karangreja, Sugito. Bahkan pada Sabtu (16/5) dinihari, warga di desanya sempat panik karena suara dentuman yang cukup keras terdengar berulang kali dan langit terlihat sangat gelap. ''Baru saat menjelang fajar, warga bisa kembali tenang karena suara dentuman sudah tak terdengar terlalu keras,'' jelasnya.
Suara gemuruh yang berasal dari puncak gunung terbesar di Pulau Jawa ini, juga terdengar oleh warga di beberapa desa Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Padahal, wilayah desa ini sebenarnya cukup jauh dari puncak gunung. Warga Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang juga sempat merasa panik karena suara gemuruh terdengat warga desa ini cukup keras.
''Suara gemuruh ini, sebenarnya sudah terdengar warga desa kami sejak empat hari lalu. Namun suara yang amat keras, kami dengar pada Sabtu (16/5) dinihari. Saat itu warga sempat panik dan keluar rumah karena khawatir terjadi apa-apa,'' katanya.
Belajar dari pengalaman masyarakat yang tinggal di lereng Gunungapi Kelud di Jawa Timur. Fenomena dentuman juga pernah terjadi saat letusan tahun 1951, 1966 dan 1990. Sumber air yang bernama “Mbelik Jeding” di sebuah desa di Kab. Blitar akan mengalami dentuman yang terdengar dari jarak kiloan meter. Kemudian sekitar 15-20 hari akan disusul dengan letusan gunungapi Kelud. Indikator ini boleh jadi merupakan bentuk peringatan dini alam (natural early warning) dari gejala peningkatan vulkanis di seputar dinding gunungapi.
Wiwit, salah seorang warga di Kabupaten Brebes, Selasa (19/5), mengatakan, warga semakin mengkhawatirkan peningkatan aktivitas Gunung Slamet. Selain mengeluarkan semburan asap dan suara dentuman, lanjutnya, warga juga merasakan adanya gempa kecil.
“Gempa kecil yang terjadi Senin (18/5) memang tidak sampai menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Namun, dengan adanya kejadian alam ini, kami khawatirkan meningkatnya aktivitas Gunung Slamet,” katanya.
“Secara persis kami belum bisa mengetahui kondisi perkembangan aktivitas Gunung Slamet. Namun kami akan melakukan pantauan langsung perkembangan gunung itu di Pos Pengamatan Gunung Slamet Gambuhan,” kata Asisten I Kabupaten Brebes, Supriyono.
Koordinator Tim SAR Kantor Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Brebes, Adhe Dhanie Raharjo, mengakui adanya gempa kecil di Kecamatan Tanjung dan Losari. “Kami memang mendapat laporan, tapi kejadian itu tidak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Kami menduga gempa terjadi akibat peningkatan aktivitas Gunung Slamet,” katanya.
Berdasarkan laporan Posko pemantauan aktivitas Gunung Slamet di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, dan Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, dalam dua hari terakhir terjadi gempa di puncak Gunung Slamet. Gempa kecil itu terjadi pada 16 Mei, sebanyak 1.068 kali dengan amplitudo 20-30 mm dan lama gempa antara 7,5- 335 detik.
Sehari kemudian, 17 Mei 2009 pukul 12.00 WIB, terjadi gempa tremor secara terus menerus di puncak Gunung Slamet. “Sore harinya, puncak gunung diguyur hujan lebat dan terjadi tiga kali letupan asap dengan ketinggian 50 meter,” kata Adhe Dhanie Raharjo.
Meski terjadi peningkatan aktivitas, tetapi status Gunung Slamet tidak ada perubahan, yaitu masih siaga. “Namun, untuk mengantisipasi terjadinya hal terburuk akibat meningkatnya aktivitas Gunung Slamet, tim SAR tetap menyiagakan 20 personel di puncak gunung itu. Mereka juga diminta meningkatkan kesiagaan dan melakukan pendekatan kepada masyarakat agar tetap tenang dan waspada,” jelas Adhe Dhanie Raharjo.
Sementara berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), hingga Ahad (17/5), status aktivitas vulkanik Gunung Slamet masih pada level Siaga. Meski sejak beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan aktivitas, namun lembaga yang mengawasi aktivitas gunung api di Tanah Air ini belum meningkatkan status Gunung Slamet pada level 'Awas' sebagai level bahaya tertinggi. Sumber : Surya

18 Mei 2009

Tips Menghadapi Letusan Gunungapi

Kawasan Indonesia merupakan wilayah yang berada di jalur sabuk api (ring of fire) terpanjang dan teraktif di dunia sehingga paling banyak memiliki gunungapi di dunia. Tidak kurang dari 500 buah gunungapi yang tersebar di Indonesia dan 129 diantaranya merupakan gunungapi aktif, sekitar 70 dari gunungapi aktif Type A sehingga sering mengalami letusan.
Letusan Gunungapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan Gunungapi berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahanrekahan mendekati permukaan bumi.
Setiap Gunungapi memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan Gunungapi tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan Gunungapi memiliki resiko merusak dan mematikan.

Bahaya Letusan Gunungapi di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya yaitu Bahaya Utama (Primer) dan Bahaya Ikutan (Sekunder).

Bahaya Utama (Primer) :
  • Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
  • Lontaran Material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung, beberapa gunungapi yang memiliki kawah biasanya diawali dengan letusan uap air (freatik) terlebih dahulu sebelum letusan utama. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
  • Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan Gunungapi sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
  • Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 – 1.200ºC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
  • Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan Gunungapi sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah Gunungapi. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunungapi Tangkuban Perahu, Gunungapi Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunungapi Papandayan.
  • Tsunami, umumnya dapat terjadi pada Gunungapi pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunungapi Krakatau tahun 1883.

Bahaya Ikutan (Sekunder) :
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses letusan berlangsung. Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar dingin.

Kesiapsiagaan Menghadapi Letusan Gunungapi :
  • Mengenali daerah setempat dalam menentukan jalur evakuasi sekaligus tempat yang aman untuk titik kumpul, titik evakuasi dan pengungsian
  • Membuat perencanaan penanganan bencana.
  • Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
  • Mempersiapkan kebutuhan dasar
Jika Terjadi Letusan Gunungapi :
  • Hindari Kawasan Rawan Bencana III, II dan I (KRB III, II, I) biasanya dari kawah KRB III berada 2,5 km, KRB II berada 5 km dan KRB I berada 10 km juga seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
  • Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
  • Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
  • Jangan memakai lensa kontak.
  • Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
  • Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

Setelah Terjadi Letusan Gunungapi :
  • Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
  • Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan. Biasanya atap dibuat lebih curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.
  • Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
  • Pemantauan, aktivitas Gunungapi dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
  • Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh PVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk Tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
  • Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
  • Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
  • Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Kab/Kota serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemkab/Pemkot dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Sumber : Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia.(PVMBG, BNPB).

11 Mei 2009

Anak Krakatau Status Siaga (Level III)

Aktivitas gunung berapi Anak Krakatau di Selat Sunda dalam empat hari terakhir ini terus meningkat. Karena itulah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mulai Sabtu (27/10) meningkatkan status Gunung Anak Krakatau dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III).
Berdasarkan pengamatan di pos pengawas di Anyer, Banten, 23 Oktober silam, sebuah kawah baru terbentuk di bagian selatan badan Gunung Anak Krakatau. Kawah itu berjarak 300 meter dari kawah lama. Lubang kawah baru itu kini semakin meluas ditandai dengan meningkatnya jumlah letusan di kawah ini.
Hingga siang kemarin, jumlah letusan di Anak Krakatau tercatat 750 kali dan tiga kali gempa tremor. Padahal biasanya jumlah letusan tidak pernah melebihi 400 kali setiap bulannya.
Letusan di Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan pada Minggu yakni sebanyak 261 kali, sedangkan dua hari lalu hanya 81 kali, sehingga statusnya masih siaga.

"Namun gempa vulkanik dangkal mengalami penurunan yakni dari 97 kali pada dua hari lalu, hari ini tinggal 36 kali," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancoran, Kalianda, Lampung Selatan, Andi Suwardi, Minggu (10/5).
Hari ini, tremor sebanyak 130 kali meningkat dibandingkan dua hari lalu, yang hanya 15 kali, sedangkan hembusan sama sebanyak 122 kali.

Andi mengatakan, walau terjadi penurunan jumlah gempa, pihaknya masih tetap siaga mengingat terjadi peningkatan jumlah letusan dibanding dua hari yang lalu.
Karena itu, tim pemantau harus tetap siaga serta saling berkoordinasi dengan tim lain yang ada di Banten, untuk saling memberikan informasi.

Saat ini kondisi Gunung Anak Krakatau masih diselimuti kabut tebal, sehingga pihaknya merasa sedikit kesulitan dalam mendeteksi secara visual.
"Saya berharap dengan kondisi seperti ini, walaupun intensitas gempa turun masyarakat yang akan menikmati objek wisata ditunda dahulu. Karena ada peningkatan letusan," katanya.
Andi juga mengimbau, masyarakat diharapkan bisa mengerti dengan kondisi ini. Bukan melarang orang yang akan berwisata, karena menurutnya bila masih tetap untuk mendekati gunung anak krakatau, pihaknya mengkhawatirkan keselamatan.

"Saya berterima kasih kepada media massa yang meliput aktivitas Gunung Anak Krakatau, dengan begitu masyarakat menjadi tahu tentang kondisi gunung tersebut," katanya.

Rekomendasi :
Sehubungan dengan status G. Anak Krakatau yang berada pada status Siaga (Level III) maka kami rekomendasikan :
  1. Masyarakat diminta tidak mendekati pulau gunungapi Anak Krakatau tersebut dalam radius 2 km dari kawah G. Anak Krakatau.
  2. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang letusan G. Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami.
  3. Masyarakat nelayan dapat melakukan aktivitas di sekitar G. Anak Krakatau.
  4. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan melakukan kegiatan seperti biasa serta senantiasa mengikuti arahan Satlak PB dan Satkorlak PB setempat.
  5. Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung (Propinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Anak Krakatau (0254) 651449 di Pasauran (Propinsi Banten).Sumber : Liputan 6, Kompas, PVMBG

10 Mei 2009

Banjir Bandang Trenggalek

Trenggalek: Banjir bandang menyebabkan aktivitas warga tiga desa di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (9/5), terganggu. Semalam, banjir yang datang tiba-tiba membuat warga panik dan tidak sempat menyelamatkan barang.
Banjir turut menghanyutkan jembatan yang biasa dipakai sebagai jalur ke sekolah. Di jalanan, banjir menyisakan lumpur. Siang tadi, aparat TNI bersama masyarakat bahu-membahu membersihkan jembatan yang tersumbat sampah. Menurut warga, banjir kali ini yang terbesar dalam delapan tahun terakhir. Sumber : Liputan 6

04 Mei 2009

Gunungapi Rinjani Status Waspada (Level II)

Gunungapi Rinjani Statusnya Naik Waspada, menyusul Semeru, Kerinci, Anak Krakatau dan Slamet

Selong, Ancaman bahaya letusan gunungapi di Indonesia meningkat, diawali Gunungapi Semeru di Jatim , kemudian Gunungapi Kerinci di Sumbar dan Gunungapi Slamet di Jateng. Hal ini terlihat dari adanya Anak gunung Rinjani yang disebut Barujari menunjukkan peningkatan aktifitas. Selama 2 hari terakhir anak gunung itu mengeluarkan letupan setinggi 1.000 meter.

Dengan kondisi tersebut maka pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG) menaikkan statusnya dari Normal Aktif (Level I) menjadi Waspada (Level II). Dengan demikian ancaman bahaya gunungapi tersebut belum mengkhawatirkan. Dalam mengatasi kemungkinan, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menutup akses kegiatan pendakian. Jalur-jalur pendakian ke gunung tersebut untuk sementara tidak boleh dilalui dikhawatirkan terpapar gas beracun. “Gunungapi Rinjani status Waspada maka sementara itu pendakian kami tutup,” ujar Kepala Balai TNGR Arief Tongkagi. Arief menjelaskan bahwa telah terjadi letuapan-letuapan kecil yang beberapa kali terjadi sejak jumat (1/5) lalu. Untuk memastikan Tim Vulkanologi sudah mengamati aktifitasnya dari dekat untuk melihat kepundan. Indikasi peningkatan aktifitas gunung itu sebenarnya sudah mulai terasakan sejak akhir maret 2009. Salah satu diantaranya adalah adanya peningkatan suhu airdi Danau Segara Anak. Warna belerang sehingga cenderung kuning pekat. Warga di sekitar gunung, terutama yang berada di sisi utara juga merasakan gejala-gejala yang tidak lumrah. Misalnya udara pada malam mendadak dingin, hembusan angin juga kencang berupa angin putting beliung skala kecil terutama menjelang dinihari. Ini gejala alam yang aneh. Sejumlah warga Desa Tanjung juga merasakan bakal ada kejadian malam itu. Tetapi letupan anak gunung Barujari tidak diiringi gejala gempa vulkanik atau gejala alam lainnya. Kades Senaru Raden Akri Buana menyampaikan letusan kecil itu gunung Barujari itu tidak berbahaya. Kendati Gunungapi Rinjani ber status Waspada justru sejumlah pendaki ingin melihat aktifitas Gunung Barujari dari dekat. Sumber : Jawa Pos

01 Mei 2009

Info Bencana NTT : 25 April-1Mei 2009

Sistim Informasi Manajemen Bencana: 25 April-1 Mei 2009
Oleh : CIS Timor, Kupang

BIOLOGI [BO]
Penyakit Tanaman
SIKKA :Hama penyakit penggerek buah (PBK) hama menyerang tumbuhan kakao di Desa Wolomotong, Kec. Doreng, Kab. Sikka. Penyakit ini menyerang buah yang baru tumbuh sehingga tanaman kakao tidak bisa lagi memproduksi buah. Masyarakat mengalami kesulitan dalam ekonomi karena sebagin besar masyarakat di wilayah ini bergantung pada hasil kakao, selain tanaman perkebunan dan pertanian lainnya. Sehingga sebagian masyarakat akhirnya beralih profesi dari petani menjadi buruh di Kota Maumere hingga ke luar kota seperti ke Kalimantan dan propinsi lainnya di Indonesia. Kondisi ini sudah berlangsung tujuh tahun, namun belum ditangani pemerintah.
Penyakit Ternak
KUPANG : Puluhan ekor babi mati mendadak di Kupang. Ternal Babi tersebut terkena penyakit mencret (diare) sehingga 20 ekor babi mati mendadak. Peternak langsung berkonsultasi dengan dokter hewan, setelah diberi obat mencret, tidak lagi ada yang mati. Sejauh ini belum ada penanganan khusus dari pemerintah, hanya himbauan dan meminta masyarakat tetap melaporkan jika terjadi kematian babi secara mendadak.

Sumber : CIS Timor, Kupang
 
© Copyright by Siaga Bencana  |  Template by Blogspot tutorial