#

INFO BENCANA TERKINI

Info Gunungapi Bromo Meletus, Kab. Probolinggo-Prop. Jatim , 26-Desember-10 17:30:00 WIB, Warga lereng Bromo dari 12 Desa sekitar yang bermukim di sekitar Gunung Bromo terpapar debu vulkanik pekat, 106 rumah roboh, 2 sekolah roboh, Pertanian rusak, suplai air bersih terhambatAnda Peduli Bencana, Salurkan Bantuan dan Dana kirim ke Rek.BCA - 0813004392 Mari Peduli dan Dukung Kami - Terima kasih

Gunungapi Merapi Meletus


View Letusan Merapi in a larger map

Tahap Penanggulangan Bencana

;

20 Mei 2009

Natural Early Warning Gunungapi Slamet

Menjelang letusan Gunungapi Slamet. Dengan status Siaga (Level III) gunungapi yang terletak di wilayah empat kabupaten di Jawa Tengah itu mulai menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Terdengar dentuman dan suara gemuruh dari puncak gunung yang semakin meningkat. Nampak tanah retak-retak dibagian lereng gunungapi Slamet. Bahkan dalam lima hari terakhir terlihat babi hutan turun dari habitatnya di lereng gunung ke ladang-ladang penduduk.Turunnya hewan dari atas tersebut merupakan peringatan dini dari alam (natural early warning), biasanya akan diikuti oleh monyet, ayam hutan dan yang terakhir ular berbisa ketika mendekati waktu letusan.
Warga Binangun Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, Amin Haryanto (37), mengaku hewan yang mulai terlihat turun ke ladang-ladang penduduk di kaki Gunung Slamet, adalah babi hutan. ''Hewan ini sebelumnya tidak pernah sampai turun gunung merusak ladang-ladang penduduk. Namun sekarang ini, cukup banyak babi hutan terlihat penduduk sedang berkeliaran. Kemungkinan hewan ini turun gunung akibat aktifitas Gunung Slamet yang makin meningkat,'' katanya, Ahad (17/5).
Perkiraan penduduk bahwa hewan-hewan tersebut ketakutan akibat aktifitas Gunung Slamet, didasarkan suara gemuruh yang terdengar dari puncak gunung. Tarno (27), warga lainnya, mengaku sejak lima hari terakhir ini, suara gemuruh dari puncak Slamet ini memang terdengar lebih sering dan keras. ''Kalau malam hari dan cuaca sedang cerah, suara gemuruh dari puncak gunung tersebut sering disertai dengan lontaran api yang terlihat jelas dari desa kami,'' ujarnya.
Terkait dengan aktivitas tersebut, warga Binangun kini menggiatkan ronda. Bukan hanya ronda malam hari di wilayah pemukiman mereka, tapi juga menggilir kegiatan ronda di ladang-ladang pertanian mereka pada siang hari. Ronda malam dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan bencana yang timbul dari Gunung Slamet, sedangkan ronda di ladang untuk mengusir babi hutan yang bisa menghabiskan tanaman pertanian mereka.
Peningkatan aktifitas Gunung Slamet, juga diakui Kades Serang Kecamatan Karangreja, Sugito. Bahkan pada Sabtu (16/5) dinihari, warga di desanya sempat panik karena suara dentuman yang cukup keras terdengar berulang kali dan langit terlihat sangat gelap. ''Baru saat menjelang fajar, warga bisa kembali tenang karena suara dentuman sudah tak terdengar terlalu keras,'' jelasnya.
Suara gemuruh yang berasal dari puncak gunung terbesar di Pulau Jawa ini, juga terdengar oleh warga di beberapa desa Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Padahal, wilayah desa ini sebenarnya cukup jauh dari puncak gunung. Warga Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang juga sempat merasa panik karena suara gemuruh terdengat warga desa ini cukup keras.
''Suara gemuruh ini, sebenarnya sudah terdengar warga desa kami sejak empat hari lalu. Namun suara yang amat keras, kami dengar pada Sabtu (16/5) dinihari. Saat itu warga sempat panik dan keluar rumah karena khawatir terjadi apa-apa,'' katanya.
Belajar dari pengalaman masyarakat yang tinggal di lereng Gunungapi Kelud di Jawa Timur. Fenomena dentuman juga pernah terjadi saat letusan tahun 1951, 1966 dan 1990. Sumber air yang bernama “Mbelik Jeding” di sebuah desa di Kab. Blitar akan mengalami dentuman yang terdengar dari jarak kiloan meter. Kemudian sekitar 15-20 hari akan disusul dengan letusan gunungapi Kelud. Indikator ini boleh jadi merupakan bentuk peringatan dini alam (natural early warning) dari gejala peningkatan vulkanis di seputar dinding gunungapi.
Wiwit, salah seorang warga di Kabupaten Brebes, Selasa (19/5), mengatakan, warga semakin mengkhawatirkan peningkatan aktivitas Gunung Slamet. Selain mengeluarkan semburan asap dan suara dentuman, lanjutnya, warga juga merasakan adanya gempa kecil.
“Gempa kecil yang terjadi Senin (18/5) memang tidak sampai menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Namun, dengan adanya kejadian alam ini, kami khawatirkan meningkatnya aktivitas Gunung Slamet,” katanya.
“Secara persis kami belum bisa mengetahui kondisi perkembangan aktivitas Gunung Slamet. Namun kami akan melakukan pantauan langsung perkembangan gunung itu di Pos Pengamatan Gunung Slamet Gambuhan,” kata Asisten I Kabupaten Brebes, Supriyono.
Koordinator Tim SAR Kantor Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Brebes, Adhe Dhanie Raharjo, mengakui adanya gempa kecil di Kecamatan Tanjung dan Losari. “Kami memang mendapat laporan, tapi kejadian itu tidak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Kami menduga gempa terjadi akibat peningkatan aktivitas Gunung Slamet,” katanya.
Berdasarkan laporan Posko pemantauan aktivitas Gunung Slamet di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, dan Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, dalam dua hari terakhir terjadi gempa di puncak Gunung Slamet. Gempa kecil itu terjadi pada 16 Mei, sebanyak 1.068 kali dengan amplitudo 20-30 mm dan lama gempa antara 7,5- 335 detik.
Sehari kemudian, 17 Mei 2009 pukul 12.00 WIB, terjadi gempa tremor secara terus menerus di puncak Gunung Slamet. “Sore harinya, puncak gunung diguyur hujan lebat dan terjadi tiga kali letupan asap dengan ketinggian 50 meter,” kata Adhe Dhanie Raharjo.
Meski terjadi peningkatan aktivitas, tetapi status Gunung Slamet tidak ada perubahan, yaitu masih siaga. “Namun, untuk mengantisipasi terjadinya hal terburuk akibat meningkatnya aktivitas Gunung Slamet, tim SAR tetap menyiagakan 20 personel di puncak gunung itu. Mereka juga diminta meningkatkan kesiagaan dan melakukan pendekatan kepada masyarakat agar tetap tenang dan waspada,” jelas Adhe Dhanie Raharjo.
Sementara berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), hingga Ahad (17/5), status aktivitas vulkanik Gunung Slamet masih pada level Siaga. Meski sejak beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan aktivitas, namun lembaga yang mengawasi aktivitas gunung api di Tanah Air ini belum meningkatkan status Gunung Slamet pada level 'Awas' sebagai level bahaya tertinggi. Sumber : Surya
 
© Copyright by Siaga Bencana  |  Template by Blogspot tutorial