#

INFO BENCANA TERKINI

Info Gunungapi Bromo Meletus, Kab. Probolinggo-Prop. Jatim , 26-Desember-10 17:30:00 WIB, Warga lereng Bromo dari 12 Desa sekitar yang bermukim di sekitar Gunung Bromo terpapar debu vulkanik pekat, 106 rumah roboh, 2 sekolah roboh, Pertanian rusak, suplai air bersih terhambatAnda Peduli Bencana, Salurkan Bantuan dan Dana kirim ke Rek.BCA - 0813004392 Mari Peduli dan Dukung Kami - Terima kasih

Gunungapi Merapi Meletus


View Letusan Merapi in a larger map

Tahap Penanggulangan Bencana

;

08 September 2009

Perkembangan Gempa Jabar 7,3 SR

Berdasarkan laporan BPBD Kab. Cianjur yang diterima Pusdalops BNPB hari ini, Rabu, 9 September 2009, pukul 09.15 WIB, jumlah korban meninggal akibat gempabumi di Cianjur berubah menjadi 28 orang. Sebelumnya sempat dilaporkan bahwa korban meninggal sebanyak 31 orang. Namun setelah dilakukan klarifikasi dan verifikasi identitas korban, ternyata ada 3 orang yang terhitung ganda.

Ke-28 korban tersebut terdiri dari 17 laki-laki dan 11 perempuan, diantaranya adalah 7 orang balita. Dengan demikian, jumlah korban meninggal akibat gempa bumi di Jawa Barat sebanyak 79 orang dengan rincian 5 orang di Kab. Tasikmalaya, 8 orang di Kab. Garut, 22 orang di Kab. Bandung, 2 orang di Kab. Sukabumi, 28 orang di Kab. Cianjur, 2 orang di Kab. Bogor, 7 orang di Kab. Ciamis dan 5 orang di Kota Tasikmalaya.

Sementara itu, data pengungsi berdasarkan laporan Satkorlak PB Prov. Jawa Barat hari ini pukul 9.00 WIB tercatat jumlah pengungsi sebanyak 285.808 orang. Sebagian besar pengungsi berada di Kab. Tasikmalaya sebanyak 142.577 orang, Kab. Bandung 76.665 orang, Kab. Ciamis 24.584 orang, Kab. Garut 18.440 orang, Kab. Cainjur 17.555 orang, dan sisanya tersebar di Kota Tasikmalaya, Kab. Kuningan dan Kab. Bogor. Sumber : BNPB.

Perkembangan Gempa Jabar 7,3 SR

Berdasarkan laporan BPBD Kab. Cianjur yang diterima Pusdalops BNPB hari ini, Rabu, 9 September 2009, pukul 09.15 WIB, jumlah korban meninggal akibat gempabumi di Cianjur berubah menjadi 28 orang. Sebelumnya sempat dilaporkan bahwa korban meninggal sebanyak 31 orang. Namun setelah dilakukan klarifikasi dan verifikasi identitas korban, ternyata ada 3 orang yang terhitung ganda.

Ke-28 korban tersebut terdiri dari 17 laki-laki dan 11 perempuan, diantaranya adalah 7 orang balita. Dengan demikian, jumlah korban meninggal akibat gempa bumi di Jawa Barat sebanyak 79 orang dengan rincian 5 orang di Kab. Tasikmalaya, 8 orang di Kab. Garut, 22 orang di Kab. Bandung, 2 orang di Kab. Sukabumi, 28 orang di Kab. Cianjur, 2 orang di Kab. Bogor, 7 orang di Kab. Ciamis dan 5 orang di Kota Tasikmalaya.

Sementara itu, data pengungsi berdasarkan laporan Satkorlak PB Prov. Jawa Barat hari ini pukul 9.00 WIB tercatat jumlah pengungsi sebanyak 285.808 orang. Sebagian besar pengungsi berada di Kab. Tasikmalaya sebanyak 142.577 orang, Kab. Bandung 76.665 orang, Kab. Ciamis 24.584 orang, Kab. Garut 18.440 orang, Kab. Cainjur 17.555 orang, dan sisanya tersebar di Kota Tasikmalaya, Kab. Kuningan dan Kab. Bogor. Sumber : BNPB.



Gempa Toli-Toli 6 SR

Sebuah Gempa berkekuatan 6.0 pada skala ritcher terjadi di Tolitoli, Sulawesi Tengah pada pukul 01:51 WIB dengan Pusat gempa terletak di 27 km Barat Laut Tolitoli.

Pusat gempa berada pada 1.28 Lintang Utara - 120.74 Bujur Timur, dengan kedalaman 12 km.

Saat terjadi gempa, menurut laporan dari lokasi kejadian, Selasa, masyarakat yang sedang mempersiapkan makanan untuk sahur langsung meninggalkan rumah mereka yang berada dalam keadaan gelap karena aliran listrik terputus seketika.

Setelah di konfirmasi dengan pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geosfisika (BMKG), gempa yang terjadi di garis pantai Tolitoli tidak berpotensi memicu tsunami.

Berdasarkan laporan kantor daerah BMKG, Intensitas gempa yang dirasakan warga Tolitoli sekitar empat hingga lima MMI (Modified Mercalli Intensity), sedangkan intensitas gempa di Poso sekitar dua hinga tiga MMI.

Menurut staf BMKG pusat, Bayu, gempa di Tolitoli ini diakibatkan oleh adanya pergeseran lempeng laut Filipina dan Euroasia. Sumber : Antara

Nomad AL Jatuh: 4 Personil Tewas

Pesawat intai amfibi jenis Nomad N-24 nomor P-837 milik TNI Angkatan Laut jatuh di Desa Sekatak Bengara, Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur, Senin (7/9), beberapa saat setelah hilang kontak pukul 13.00 Wita.

Dari 9 orang yang berada di pesawat (6 penumpang sipil dan 3 awak pesawat dari TNI AL), 4 orang di antaranya tewas.

Keempat orang yang tewas itu semuanya penumpang sipil. Dua penumpang sipil lain selamat. Sementara itu, dari 3 awak pesawat yang selamat, 1 orang mengalami luka berat dan 2 orang luka ringan.

Demikian penjelasan Kepala Kantor Search and Rescue (SAR) Balikpapan Muhammad Hernanto dan Kepala Dinas Penerangan Komando Armada RI Kawasan Timur Letnan Kolonel (KH) Toni Syaiful saat dihubungi secara terpisah dari Kota Samarinda, Senin.

Laksamana Pertama Iskandar Sitompul, Kepala Dinas Penerangan TNI AL, di Jakarta kemarin, menambahkan, pesawat jatuh karena kerusakan mesin. ”Dalam kontak terakhir dengan Menara Kontrol Tarakan, pilot Letnan Satu Laut (P) Erwin yang dibantu kopilot Letnan Satu Laut (P) Saeful serta teknisi Sersan Mayor SAA Sodikin melaporkan bahwa mesin pesawat yang diawakinya mengalami kerusakan,” kata Sitompul.

Empat penumpang yang tewas adalah Yakup Kayan dan Srihardi, sedangkan dua lainnya belum diketahui identitasnya. Dua penumpang yang selamat bernama Uhip dan Muhamir.

Pilot Erwin mengalami luka berat, sedangkan kopilot Saeful bersama teknisi Sodikin hanya luka ringan.

”Untuk pelaksanaan evakuasi, TNI AL telah membentuk Satuan Tugas SAR yang dipimpin Letkol Laut (P) Bambang Irwanto, Komandan Pangkalan Laut TNI AL Tarakan, berikut tim medis serta Polisi Militer TNI AL. Mereka menggunakan speed boat (perahu cepat) menuju lokasi yang kemungkinan akan memakan waktu sekitar dua jam,” tutur Kepala Dinas Penerangan TNI AL.

Muhammad Hernanto mengemukakan, jumlah korban diketahui berdasarkan personal on board dari otoritas Bandar Udara Juwata di Kota Tarakan.

Pesawat itu diketahui berangkat dari Long Nawang, Kabupaten Malinau, menuju Juwata pukul 12.00 dan diperkirakan pukul 13.17 mendarat di Bandara Juwata. Namun, pesawat kemudian hilang kontak pukul 13.00 dan selanjutnya diketahui pesawat itu jatuh di titik koordinat 08009’618’’ Lintang Utara dan 1170115’75’’ Bujur Timur. Pesawat jatuh dan terempas ke daratan tambak Sukun, Mentadau, sehingga terbelah dua.

Toni Syaiful mengatakan, pesawat dan tiga personel TNI AL itu bertugas sehari-hari di Wing Udara Pusat Penerbangan AL di Pangkalan Udara AL Juanda, Surabaya, Jawa Timur, dari Skuadron 800.

Hernanto mengatakan, pencarian dan penyelamatan korban dilakukan oleh kelompok gabungan TNI AL, SAR, Polri, dan warga setempat. Sementara pemantauan dari udara dilakukan pesawat Cassa milik TNI AL dan pesawat Cessna milik Mission Avion Fellowship, maskapai misionaris Kristen.

”Semua korban dapat dievakuasi dan dibawa ke RSUD Tarakan,” kata Hernanto. Korban dibawa ke Tarakan dengan perahu cepat.

Patroli rutin

Menara Kontrol Tarakan kehilangan kontak dengan pesawat yang titik terakhirnya diperkirakan berada di 24 mil laut (44,4 kilometer) sebelah barat Tarakan.

Menurut Sitompul, pesawat berpatroli rutin selama tiga hingga empat jam penerbangan. Pesawat sempat mendarat dan beristirahat di Bandara Perintis Long Apung.

Pesawat kemudian terbang kembali ke Tarakan dengan membawa enam penumpang sipil. ”Membawa penumpang sipil itu hal biasa ya di sana mengingat keterbatasan sarana dan alat transportasi di daerah itu,” ujar Sitompul.

Beberapa saat setelah pesawat terbang menuju Tarakan, pada posisi 24 mil laut salah satu mesin pesawat tiba-tiba mati. Pilot kemudian mengirim pesan darurat ”mayday” ke Bandara Tarakan. Namun, tidak berapa lama mesin kedua pun ikut mati. Pilot memutuskan mendarat darurat di tambak di Muara Sekapak. Sumber : Kompas.com

Perkembangan Gempa Jabar 7,3 SR

Berdasarkan laporan Satkorlak PB Provinsi Jawa Barat yang diterima oleh Pusdalops BNPB Selasa, 8 September 2009 pukul 12.00 WIB, terdapat ralat untuk kedua kalinya, yaitu korban meninggal di Kab. Bandung Barat, setelah diklarifikasi, ternyata seorang korban meninggal bukan ditimbulkan langsung akibat bencana. Dengan demikian, jumlah korban meninggal akibat gempa bumi yang terjadi di Jawa Barat berubah menjadi 77 orang,


Rincian korban meninggal selengkapnya adalah sebagai berikut: 31 orang di Kab. Cianjur, 8 orang di Kab. Garut, 2 orang di Kab. Sukabumi, 5 orang di Kab Tasikmalaya, 5 orang Kota Tasikmalaya, 17 orang di Kab. Bandung, 2 orang di Kab. Bogor dan 7 orang di Kab. Ciamis.

Selain perubahan pada data korban meninggal, data rumah rusak juga berubah, sesuai dengan laporan yang diterima dari Satkorlak PB Provinsi Jawa Barat pukul 12.00 WIB. Saat ini tercatat total rumah rusak berat di Jawa Barat sebanyak 64.413 unit dan rusak ringan 134.294 unit. Data ini mencakup 14 kab/kota di Jawa Barat (Kab. Cianjur, Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Bogor, Kuningan, Ciamis, Kota Banjar, Kab. Purwakarta, Kota Tasikmalaya, Kab. Majalengka dan Kab. Subang).

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusdalops BNPB hingga pukul 14.00 WIB, data kerusakan terbanyak terdapat di Kab. Bandung, yaitu 15.156 unit rumah roboh/rusak berat, 26.400 unit rumah rusak ringan, 281 unit tempat ibadah rusak berat, 166 unit sekolah rusak berat, 369 unit sekolah rusak ringan dan 43 unit kantor rusak ringan.

Sementara itu, belum ada penambahan data pengungsi. Hingga sore ini tercatat jumlah pengungsi sebanyak 210.292 jiwa, dengan rincian: Tasikmalaya (142.577 jiwa), Kab. Ciamis (24.584 jiwa), Kab. Cianjur (17.555), Kab. Garut (13.928 jiwa), dan selebihnya berada di Kab. Bandung, Kota Kuningan, Kab. Bogor dan Kota Tasikmalaya. Sumber : BNPB



Gempa Jabar 7,3 SR, Munculkan Semburan Lumpur di Sukahening

Tasikmalaya, Pasca gempa berkekuatan 7,3 SR pada 2 September lalu, ternyata menimbulkan luapan lumpur yang cukup besar dari sebuah sumur di lahan kebun milik Idi Ruswensi, warga Kampung Pasirgede, Desa/Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi warga kampung setempat.

“Warga kampung sangat khawatir, semburan lumpur yang mengeluarkan bau belerang menyengat itu makin hari makin membesar, sehingga menimbulkan bencana seperti kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur itu,“ ungkap Yuyu, warga kampung Pasirgede.

Yuyu mengatakan, warga kampung mengaku kesulitan untuk membuang luapan lumpur tersebut karena semburannya makin membesar, dan mengeluarkan gas yang berbau belerang menyengat.

“Bau belerang itu dikhawatirkan mengandung racun yang berbahaya bila terisap,” ujarnya.

Semburan lumpur di sumur milik Idi Ruswendi itu, kali pertama ditemukan Yuyu bersama teman-temannya pada Kamis (3/9) dini hari, ketika hendak membangunkan warga untuk makan sahur. Dia mengaku kaget ketika mendengar bunyi seperti ada letupan air di sumur yang tak aktif lagi. Lama kelamaan keluar semburan lumpur berwarna keperakan dan mengeluarkan bau belerang yang cukup menyengat.

“Karena khawatir akan terjadi bencana alam seperti lumpur Lapindo, maka saya segera melaporkan ke aparat desa dan kecamatan,” ujar Yuyu.

Berdasarkan pemantauan KabarIndonesia ke lokasi, ternyata titik semburan lumpur di Kampung Pasirgede yang dihuni 28 KK tersebut semakin membesar, yang awalnya hanya berdiameter 30 cm, kini sudah membentuk kubangan berdiamater sekitar 5 meter dengan kedalaman 3-4 meter.

Karena dikhawatirkan fenomena alam yang muncul pasca gempa tersebut mengancam keselamatan warga seperti kasus Lumpur Lampindo, maka tim ahli Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bancana Geologi dan ITB langsung diterjunkan ke lokasi semburan lumpur untuk melakukan penelitian.

Tim ahli PVMBG dan ITB yang dipimpin Wayan Sengara langsung melekaukan penelitian ke lokasi munculnya semburan lumpur di Kampung Pasirgede. Namun, mereka belum dapat memberikan keterangan hasil penelitiannya karena harus dibawa ke laboratorium serta memberikan kesimpulan dengan munculnya kasus tersebut.

“Kami belum bisa memberikan kesimpulan hasil penelitian secara pasti karena harus dibawa ke laboratorium. Namun kalau melihat sepintas, kandungan air pada semburan lumpur itu adalah sulfur karena baunya yang khas dan cukup menyengat. Ini diduga terjadi setelah adanya gempa sangat besar,” ujar Wayan Sengara. Sumber : kabarindonesia.com

 
© Copyright by Siaga Bencana  |  Template by Blogspot tutorial